Mencetak
guru berjiwa entrepreneurship melalui
pendidikan bukanlah suatu hal yang mudah dilaksanakan. Apalagi hakikat profesi
guru yang dikenal selama ini hanya seputar mengajar dan mendidik. Sedangkan Entrepreneur bukan berarti harus menjadi pengusaha,
pedagang, maupun pebisnis. Sebenarnya, profesi apapun bisa memberi nilai tambah
jika ia mampu menerapkan jiwa
entrepreneurship didalamnya. Tidak terlepas dalam hal ini adalah guru.
Pada
tahun 2008, BPS mengumumkan pengangguran dengan pendidikan terakhir perguruan
tinggi mencapai angka 7% dari total seluruh pengangguran di Indonesia. Penelusuran
lebih dalam yang dilakukan ialah disebabkan kurikulum dan kultur pendidikan
pada perguruan tinggi kurang mendukung. Mahasiswa-mahasiswanya kurang diberi
ruang belajar untuk praktik bekerja langsung atau menciptakan pekerjaan.
Fenomena sistem pendidikan tersebut memaksa kita untuk mengubah visi dan misi
kurikulum di Indonesia. Jangan sampai tidak belajar dari kesalahan sebelumnya.
Profesi guru dengan jiwa entrepreneurship pasti akan menambahkan keterampilan pada anak
didiknya di luar bidang akademik yang dikuasai. Terutama keterampilan yang
berkaitan dengan entrepreneurship.
Pendidikan di Indonesia membutuhkan pendidik-pendidik yang mampu untuk berpikir
lokal, bersikap sebagai bangsa Indonesia yang menjunjung moralitas dan
kesederhanaan, namun bersikap profesional dengan memperhatikan tantangan
global. Indonesia membutuhkan pendidik/guru yang tidak hanya ahli dalam segi
teori. Namun, sudah saatnya Indonesia membutuhkan guru dengan keterampilandan
jiwa entrepreneurship mengingat
kondisi sektor ekonomi Indonesia yang sangat rendah jika dibandingkan dengan
negara-negara lain. Mengkolaborasikan sisi ekonomi dengan pendidikan adalah
satu hal yang bisa menjadi luar biasa!
Upaya
peningkatan persentase jiwa
entrepreneurship guru di Indonesia harus ditempuh dengan segala cara. Salah
satunya adalah upaya yang dilakukan melalui pendidikan entrepreneurship yang terintegrasi dalam pembelajaran. Tidak
terlepas dari hal ini, pribadi seorang gurunya pun juga harus ditingkatkan
menjadi berjiwa entrepreneurship.
Berkenaan dengan bahasan kependidikan, guru bisa berinisiatif untuk
mengkolaborasikan pendidikan dengan bentuk pembelajaran berbasis entrepreneurship. Sehingga kurikulum
tidak hanya membahas tentang materi pendidikan yang sudah dijadwalkan, namun
juga terdapat pengajaran tentang pembentukan jiwa entrepreneurship dalam proses pembelajaran.
Terkadang,
jiwa seorang guru seringkali hanya fokus pada kewajiban jam mengajar dikelas
saja. Tidak banyak diantaranya yang bisa menyadari untuk bisa mengoptimalkan
kemampuan mengajarnya. Padahal jika bisa optimal, maka aktivitas ‘mengajar’
bukan hanya sekedar profesi lagi, namun menjadi kesenangan. Menjadikan
murid-murid sebagai mitra belajar adalah lebih baik daripada hanya memandang
mereka sebagai pihak yang menerima materi. Buatlah murid berasa nyaman dengan
keberadaan kita. Mereka adalah mitra sekaligus teman profesi.
Fenomena
lainnya ialah, longgarnya waktu yang dimiliki guru diluar jam pelajaran adalah
surga. Mereka beranggapan bahwa di luar jam mengajar adalah waktu istirahat,
karena tugas utama mereka hanya mengajar ketika pembelajaran berlangsung.
Disinilah daya tariknya. Menjadi guru yang istirahat setelah mengajar lebih
membuat mereka bangga daripada menjadi guru yang produktif. Padahal, menjadi
guru produktif tidak kalah keren. Menjadi kreatif dan mampu meng-upgrade diri menjadi lebih baik di dalam
maupun di luar kegiatan pembelajaran. Sebuah kesempatan untuk membekali diri
sendiri Entrepreneurship, apalagi
bagi guru-guru muda yang belum diangkat menjadi PNS.
Selain
membuka jalan pikir Entrepreneurship untuk
diri sendiri, bisa juga membekali murid. Sebagai golongan terpelajar, hendaknya
menjadi seorang yang produktif dan tidak hanya menggantungkan nasib kepada
pemerintah. Mempersiapkan diri sebagai wirausahawan sekaligus abdi negara
bukanlah profesi yang sia-sia. Apalagi jika bisa berkolaborasi antara diri
sendiri dengan murid untuk saling belajar Entrepeneurship,
bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan baik untuk diri sendiri maupun
anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar