Pasir pun mengerti bagaimana rindunya rintikan tetes hujan yang membasahinya. Agar tidak melulu terbang bermain bersama angin. Agar merasakan jua istirahat diam sesaat menghayati kehidupan.
Aku merindukan mu, juga kah kau ingin bersamaku lagi? Bagaimana rasanya? Apakah berbeda dengan di dunia?
Apakah rasa rindu disana lebih indah daripada rasa rindunya dunia? Dengan meminta, "tolong obati rasa rindu ini" seketika bisa terobati?
Mengapa kau terlalu cepat pergi, sebelumku menceritakan bahwa ternyata aku menyadari termasuk orang yang tidak suka menjadi pusat perhatian. Salah tingkah akan memakan diriku seketika. Rasanya sangat tidak nyaman, Ma. Sungguh.
Mengapa terlalu cepat kau pergi. Sebelum ku menceritakan betapa gembiranya diriku saat di hari ulang tahunmu yang mungkin ke-35 itu. Sembunyi-sembunyi aku dan bapak menyiapkan surprise sederhana memasak tahu telor berdua, sedangkan kau menjemput fahmi di tempat terapis.
Mengapa ku bahagia? Aku ketawa terbahak-bahak saat itu mendengar pengakuan bapak yang masakannya ternyata agak gosong. Sembari ku mencium aroma hangus memenuhi ruangan di rumah.
Kemudian bapak mengajak ku cepat bersembunyi dibalik pintu manakala terdengar langkah kaki fahmi dan kau datang. Sambil membuka pintu, sambil kau bergumam mengapa rumah berbau asap.
Saat itu ku sangat bahagia merasakan betapa surprise bisa membuat mood seseorang dan sekitarnya menjadi berubah canda dan tawa. Ku memeluk dan mencium mu bersama bapak. Seandainya fahmi mengerti, sungguh beruntung bisa merasakan perasaan yang seperti ini.
Mengapa kau terlalu cepat pergi. Padahal ku ingin memberitahu setiap ku melihat Ineke Koesherawati, ku bisa memandangmu. Entah kemiripan darimana nya, ku merasa terdapat kemiripan.
Mungkin senyumnya, mungkin juga bentuk dagunya.
Mengapa kau terlalu cepat pergi. Sebelum kau melihat ku beranjak remaja, kemudian sekarang agak dewasa. Ku punya banyak cerita cinta, Ma. Kau tahu? Diriku mudah jatuh cinta. Seperti dirimu dulu saat muda (Ku mendengar banyak cerita dari adikmu, Bule' Halimah)
Mengapa kau terlalu cepat pergi. Sebelum kau kuceritakan rahasia ku menemukan hobi baru sejak SD kelas 6. Hal itu sangat tidak lumrah bagi gadis kebanyakan. Tapi, aku mensyukurinya saja.
Mengapa kau terlalu cepat pergi. Sebelum ku bagi cerita bahagia ku sepanjang SMP. Sekolah berasrama membuat ku lebih tangguh. Aku merasa sangat mandiri. Hingga ku lupa masih ada keluarga dirumah yang jarang aku kabari.
Ma, aku selalu membayangkan banyak hal dengan mu. Saat ini aku pun terpukul menyadari waktu terus berjalan. Bapak pun semakin berumur dan aku pun. Rasanya tidak rela kehilangan lagi. Tapi bagaimana, hanya bisa berusaha agar di akhirat nanti kita kan berkumpul lagi bersama.
Ma, aku selalu heran pada diri sendiri berkeinginan kehidupan syurga bersama mu tapi perilaku ku sangat tak pantas.
Mengapa kau terlalu cepat pergi. Aku ingin kau merapikan rambutku lagi.
aku ingin kau memilihkan potongan model rambut untukku lagi.
aku ingin sholat berjamaah bersama mu lagi, bersama bapak, dan fahmi yang bahkan kini tingginya sudah melebihimu.
aku ingin diantar ke kolam renang lagi bersama mu.
aku ingin dibangunkan sahur lagi olehmu. memakan hasil masakanmu yang sebenarnya aku bosan memakannya, tapi aku mensyukurinya.
aku ingin kau memarahiku lagi.
aku ingin dimarahi lagi olehmu, aku ingin bertengkar denganmu lagi.
aku ingin kau tahu, diriku lebih suka menulis daripada berbicara.
aku...
ingin kau bisa mengobati keinginan-keinginan ku ini.
atau, aku ingin aku bisa mengobati keinginan-keinginan ku ini.
Kau tahu, sering hal konyol terpikirkan olehku. Kadang saat kumenangis, kuingin tiba-tiba kau datang menghampiriku dengan tampilan yang menyejukkan mata, sehingga ku bisa tersenyum dalam tangis bahagia. Tapi ku terus membayangkan ilusi bahwa ternyata itu bukan kau :) Bagaimana bisa ku percaya kalau bias kehidupan membuatku menolak kepercayaan itu.
Ma, apakah kau mendengar hatiku? yang memanggil-manggil dirimu untuk bisa menenangkanku lagi, dari kehidupan ini.
Ma, aku berkuliah sekarang. Mengambil jurusan psikologi. Aku bahkan ingin mencoba menjadi konselor mungil mu. Mungkin kau bisa menceritakan betapa kesalnya dirimu padaku :) Aku memang sangat bandel dan durhaka, tapi aku tetap menyayangi mu, Mama.
Maafkan aku.